KASIH TAK SAMPAI (3). Karya : Ratna Komala Juwita.
Untuk menghilangkan rasa jenuhnya, Rina memutuskan bermain ke rumah saudaranya di Bandung. Kaos hitam berlengan panjang, celana jeans biru dan kerudung biru menghiasai kecantikan wajahnya, bulu mata yang lentik membuat wajahnya semakin mempesona, jam tangan hitam menghiasi lengan yang putih serta sepatu putih menjadi teman perjalanan Rina ke Bandung.
Rina berjalan ke luar menghampiri mamah dan papahnya yang sedang menunggu,
"Mah, pah, Rina pamit ya ke Bandung," ucap Rina sambil mengulurkan kedua tangannya menyalamin mamah dah papahnya.
"Jangan lama - lama ya Rin mainya," kata papahnya Rina sambil mencium kening putri kesayangannya.
"Ngak pah, sebentar aja kok, Rina hanya refresing aja pah."
"Salam aja buat bibi di Bandung, kapan - kapan mamah dan papah main ke Bandung. hati - hati dijalan ya syng awas tas dan peralatan ketinggalan," ucap mamah Rina sambil memeluk Rina penuh kasih sayang.
"Ya udah Rina berangkat ya mah."
Rina keluar dari rumah, dengan membawa tas koper dorongnya, serta tas selempang hitam. Tak lama Rina sampai di kota Bandung, bertemu dengan bibinya. Rina dan bibi berbincang- bincang sebentar, lalu bibi menujujan kamar untuk Rina istirahat.
Rinapun pamit untuk rehat dulu sebentar, karena perjalan ke Bandung cukup melelahkan.
Kamar tidur bercat putih, satu Ac yang mmembuat ruangan kamar serasa di pegunungan dihiasi hiasan dinding yang indah membuat suasana kamar adem, semoga membuat hatiku juga adem. Rina menarik guling dengan sarung banta berwarna pink begitu harum lalu didekapnya, kembali bayangan Gilang menghampirinya.
Ah Gilang di manakah dirimu kini, aku sangat merindukanmu, apakah dirimu sama sepertiku masih sendiri? Hanya karena menanti cintamu yang kan bersemi dalam hati. Tak terasa air mata menetes membasahi pipinya yang memiliki lesung pipi. Sedih dan lara menghantuinya tat kala ingat Gilang.
Rina lalu mengeluarkan dompet dari dalan tasnya dan mengeluarkan poto usang yang selalu menemaninya, muachhh....! Rina mencium poto itu. Air mata semakin banyak menetes menjadi saksi bisu akan ketulusan cinta Rina tuk Gilang. Sebuah poto dengan wajah yang tampan tersenyum, ternyata Rina selalu membawa poto Gilang di dompetnya walaupun potonya sudah usang, tapi cintaku padanya takan pernah usang.
Poto itu menjadi pengobat rindu untuknya, Ah...., Kenapa aku tidak bisa melupakan Gilang? Jujur banyak cowo yang berusaha mendekati tapi aku tidak mau, cinta ini hanya untuknya, ya ya saat ini tertutup cinta untuk yang lain. Tatapan matanya tertuju ke langit - langit. kamar menerawang si jantung hati akan datang menemaninya.
Tok..tok..tok....suara pintu kamar ada yang ngetuk, Rina bangun dari tempat tidur, lalu menyipan selimut dan berjalan menuju pintu klak pinti di buka.
"Rin! Kita jalan - jalan keluar yu, biar tak bete di rumah," kata Ira anak bibi yang barusan ngetuk pintu.
"Ok, kita jalan saja Ra, yang penting happy tidak bete."
Akhirnya Ira dan Rina pergi menuju Moll hanya untuk cuci mata saja.
Aku dan Ira melihat - lihat baju di moll yang lumayan bagus, tapi jujur aku tak niat beli sih, hanya melihat saja biar ngk bete.
"Wah ini bagus ya Rin."
"Iya bagus sih, kalau kamu mau tinggal beli aj Ra."
"Ntar aj deh aku masih mau lihat yang lain," kata Ira sambil berjalan mengikuti arah baju yang dicari. Aku juga melihat baju dan model yang lainya,
"Hai, kau kah Rina?" kata seseorang sambil menepuk tubuhku, membuatku kaget sambil melirik ke belakang, siapa nih orang ngak sopan banget nepuk segala. Ucapku sambil melirik ke belakang dan ....ah ternyata Gilang. Orang yang selama ini aku nantikan ada di hadapanku serasa mimpi disiang bolong hari ini, tatapan mata dan senyumnya tak berobah tetap masih seperti dulu, kaos putih dan celana jeans hitam warna kesukaan Gilang, betapa terkesimanya hati ini bertemu, tak kusangka Tuhan mempertemukan orang yang kucintai selama ini.
"I..iiii....yaaa..,aku Rina." Jawabku.
"Rina masih ingat aku kan? Maaf ya Rin, selama ini saya tidak pernah ada kabar sama sekali, ngk pernah hubungi kamu, maafin aku ya Rin," ucap Gilang sambil memegang tanganku berharap aku memaafkannya.
"Ngak apa- apa kok.." Jawabku, walaupun jujur ingin sekali marah berteriak kalau aku marah dan kesal padanya tidak pernah ada kabar sama sekali setelah lulus sekolah. Bibirku diam membisu tak bisa berkata apa-apa. Antara bahagia, senang dan kesal karena dia tak ada kbar sama sekali. Gilang kelihatan agak gemuk dikit mungkin dia sudah menjadi orang sukses, sekian tahun tak pernah bertemu apakah dia masih sendiri? dan masihkah sayang aku? Pikirku dalam hati.
"Rina kok bengong," ucap Gilang.
"Astagfirulah," Ucapku sambil ngusap dada.
"Kita dah lama ngak bertemu baru kali ini betemu semmoga kamu masih tetap seperti dulu Rin," kata Gilang.
"Semoga saja kita masih tetap seperti dulu, jujur kangen kamu, sejak kau tinggalkan dan tak ada kabar darimu."
Aku sengaja bilang gitu ingin tahu reaksi darinya. Bergetar hati ini, kelu lidahku ketika menatap wajahnya, apakah Gilang masih seperti dulu? Ataukah sudah menikah?
Ira sepupuhku diam memperhatikan kita berdua, ira lalu pamit mau lihat - lihat model baju yang kekinian.
"Rin, aku ke sebelah dulu ya, lihat - lihat baju siapa tahu ada yang cocok." Kata Ira sambil berjalan, mungkin Ira ngasih kesempatan padaku biar bisa ngobrol lebih enak lagi.
"Rin, aku masih seperti dulu, rasa ini tetap sama untukmu, cinta dan sayang masih tetap untukmu," ucap Gilang sambil tersenyum, perlahan tangan Rina digenggam erat agar tak terpisahkan lagi. Dag dig dug jantung Rina, setelah sekian lama tak bertemu, kini dipertemukan dengan nuansa sangat indah sekali. Hari yang diinginkan bisa bertemu akhirnya terkabulkan bertemu.
Rina tak menjawab sedikitpun ucapan Gilang.
"Besok kita jalan yuk Rin, mengingat masa lalu, kita jalan ke mana saja kita nikmati kerinduan bersama."
"Kok kamu ada di Bandung Lang, lagi apa di sini." Ucapku ingin tahu.
"Nah Rina sendiri kok ada di Bandung?" Kata Gilang.
"Aku lagi main aj di rumah bibi."
"Aku anter pulang ya Rin? Hari sudah malam nanti kamu sakit."
Ternyata Gilang masih tetap perhatian seperti dulu. Aku dan Ira akhirnya pulang.
****
Hari ini Gilang akan jemput aku ke rumah bibi, katanya sih mau ngajak main semoga aj tidak bohong. Kulihat jam tangan menunjukan pukul 9.20. mungkin sebentar lagi Gilang jemput aku pikirku.
"Lagi nunggu pacar nih sang pujaan hati belum datang," ucap Ira sambil tersenyum.
"Iya nih Ra, blm datang dah ngak sabar aku nih."
Tit..tit..tit...tiba- tiba suara klakson mobil depan rumah.
"Gilang tuh dah jemput Rin dah sana selamat berbahagia ya," ucap Ira.
"Ya udah Rina pergi dulu ya Ra, dah saudaraku tercinta muach," Rina mencium pipi Ira sambil pergi menuju mobil Gilang.
Gilang membuka pintu mobil dan mempersilakan Rina masuk ke dalam mobil Gilang, Rin duduk di samping Gilang, rasa bahagia yang Rina rasakan hari ini bisa bertemu bersama pujaan hati.
Mobil hitam BMW meluncur perlahan dengan no pol. D 805 QR. Alunan musik "Dont Cry" mengiringi nunsa indah pertemuan antara Gila dan Rina.
BMW belok ke kiri menuju sebuah tempat yang sudah direncanakan Gilang sebuah taman yang indah dan asri. Mobil berhenti di parkiran.
"Rin, ayo kita turun dah sampai nih," kata Gilang tersenyum sambil melirik ke arah Rina.
Tangan lentik Rina membuka sabuk pengaman lalu turun dari si hitam BMW.
Gilang dan Rina mencari tempat untuk istirahat, duduk di sebuah kursi yang sudah didesain pemiliknya. Bunga anggrek, bunga kertas, kuping gajah, dan tanaman bunga lainya menghiasa taman yang indah itu.
Rin, aku masih sayang kamu, ingin memiliki seutuhnya jiwa dan ragamu. Ingin seperti dulu merajut kisah cinta yang tertunda. Masihkan kamu mau menjadi pendamping, menjadi istriku." Kata Gilang berharap Rina menjawab mau..
Rina tertegun tak menjawab, ahhh...Rina menarik napas dalam- dalam dan mengeluarkan napasnya, tak bergeming sedikitpun tertegun menatap bunga indah disekelilingnya. .
"Jawab dong Rin," ucap Gilang.
"Iya aku mau, asal kau benar- benar mencintaiku." Jawab Rina.
Gilang meremas jari tangan Rina penuh rasa sayang, lalu mencium jari tangannya. Angin semilir menyejukan hati Rina. Tak terasa kisah kasih yang lama tersimpan kini terungkap kembali, betapa bahagianya hatiku saat ini kisah kasih lama bersatu kembali, pikir Rina dalam hatinya.
Canda tawa terasa indah dirasakan Rina dan Gilang. Kerinduan yang sekian tahun lamanya kini telah dirasakan dua sejoli.
"Ayo kita pulang Rin, yang jelas aku sayang Rina, dan ingin memiliki seutuhnya dirimu," kaya Gilang. .
"Hayu kita pulang," kata kata Rina.
Akhirnya Gilang dan Rina menuju si hitam BMW, lalu masuk ke dalam mobi, wangi harum ruangan si BMW seharum cinta Gilang dan Rina. Gilang menghidupkan mesin mobilnya, tak lupa musik penghantar kasih sayangnya " she's Gone" menjadi saksi cinta sejoli ini. Gilang menjalankan mobil perlahan, dan Rina menyenderkan kepalanya kebahu kiri Gilang, tangan Gilang mengelus rambut Rina penuh cinta, tangan kanan pegang setir.
****
Sampai di rumah Rina masuk ke dalam, dan Gilang langsung pulang. Bibi dan pamanpun ada di rumah lagi nonton TV. Tak lama bibi dan paman nanya ke Rina.
"Kamu dari mana Rin," kata bibi dan paman.
"Main bi," jawab Rina.
"Rin..! Kamu abis jalan sama siapa?" Kata bibi. Kebetulan waktu Rina jalan bareng Gilang, bibi tidak tahu karena lagi keluar kota.
"Sama Gilang." Jawab Rina.
"Rin, bibi mohon maaf bibi ngak ngasih tahu sebelumnya. Kamu jauhi aja Gilang.
"Kenapa?" Jawab Rina penuh tanda tanya. Ada apa dengan Gilang, kok bibi tiba- tiba bilang kalau aku harus menjsuhinya.
"Gilang sebenarnya...."
"Sebenarnya apa bi?" Rina memotong perkataan bibinya.
"Gilang.....ngg...., Sudah menikah Rin."
Rina kaget tak percaya, apa benar apa yang dikatakan bibi? baru juga kita berdua kembali menjalin cinta setelah terputus ditengah jalan, tapi tiba - tiba bibi bilang begitu?
Dada Rina terasa nyesek mendengar berita itu. Gimana tidak? Baru saja Rina menikmati kebahagiaan yang tertunda beberapa tahun yang lalu, baru juga merenda tali kasih yang sempat putus. Kini harus menerima kenyataan.
"Kalau kamu ngak percaya, mari kita lewat ke depan rumah Gilang, ngak jauh dari sini kok. Rumah Gilang yang berwarna pink.
Untuk meyakinkan Rina, bibi mengajaknya pergi, biar Rina yakin kalau Gilang sudah menikah dan punya seorang anak.
Rina tertegun seperti patung tak berdaya, tanpa pikir panjang Rina ikut bibi ingin membuktikan semua ketetangan dari bibi.
"Itu rumah Gilang, coba kita perhatikan, siapa tahu ada anak atau istri keluar dari rumahnya. Dengan perasaan tak karuan Rina berdiri di bawah pohon pinggir jalan, kebetulsn rumah Gilang dekat jalan, dan......! benar saja tak lama kemudian Gilang sendiri yang keluar dengan anak bayi kira - kira 2 tahun dalam pangkuanya, tak lama seorang wanita dengan gaun warna merah dan rok hitam keluar.
Rina tak bisa menahan kecewa, dan rasa sakitnya, tangispun meledak bak Bom yang mengancurkan Hirosima. Meledaklah tangis Rina, ternyata Gilang telah menghianati cintanya, bahkan tidak jujur kalau dia sudah memiliki wanita lain di hatinya. Tega sekali Gilang, kini Rina harus mengubur mengunci cintanya untuk Gilang. Ternyata kasihku tak sampai.
Komentar
Posting Komentar